Sabtu, 03 Desember 2016

KEBIJAKAN MONETER BI TRIWULAN III 2016 TENTANG RUPIAH & NERACA PEMBAYARAN INDONESIA


        Bank Indoneisa telah mengeluarkan beberapa laporan tentang kebijakan moneternya yang berhubungan dengan neraca pembayaran dan nilai tukar rupiah untuk periode III tahun 2016, dimana Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencatat peningkatan surplus ditopang oleh menurunnya defisit transaksi berjalan dan meningkatnya surplus transaksi modal dan finansial, Surplus NPI tercatat 5,7 miliar dolar AS meningkat signifikan dibandingkan dengan surplus sebesar 2,2 miliar dolar AS pada triwulan sebelumnya, Perkembangan ini menunjukkan semakin baiknya keseimbangan eksternal perekonomian  dan turut menunjang berlanjutnya stabilitas makroekonomi.
Defisit transaksi berjalan menurun dari 5,0 miliar dolar AS (2,2 % PDB) pada triwulan II 2016 menjadi 4,5 miliar dolar AS (1,8 % PDB) pada triwulan III 2016.Penurunan tersebut ditopang oleh kenaikan  surplus neraca perdagangan nonmigas sejalan dengan meningkatnya harga ekspor komoditas primer dan menurunnya impor nonmigas serta menyempitnya defisit neraca perdagangan migas seiring dengan meningkatnya ekspor gas. Adapun posisi cadangan devisa pada akhir oktober 2016 tercatat sebesar 115,0 miliar dolar AS atau setara 8,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negri.
        Penguatan Rupiah terus berlanjut pada trriwulan III 2016 didukung sentimen positif dari domestik dan eksternal, namun tertahan pada November pasca Pemilu AS, selama triwulan III nilai tukar Rupiah secara rata-rata menguat sebesar 1,39 % dan mencapai level Rp 13.130 per dolar AS. Penguatan nilai tukar rupiah terus berlanjut dibulan Oktober 2016 sebesar 0,71 % dan ditutup pada level Rp, 13.048 per dolar AS.Penguatan itu didukung oleh sentimen positif perekonomian domestik seiring dengan kondisi stabilitas makroekonomi yang terjaga dan implementasi UU Pengampunan Pajak yang berjalan dengan baik . dan disi eksternal penguatan rupiah terkait meredanya risiko global , sejalan dengan semakin jelasnya arah kebijakan The Fed terkait FFR, Namun sejak awal November hingga 16 November 2016 nilai tukar rupiah mengalami depresiasi sebesar 2,53 % menjadi Rp 13.378 per dolar AS akibat meningkatnya ketidakpastian perekonomian global pasca Pemilu AS yang dimenangkan  oleh Donald Trump. 
Meski demikian tekanan depresiasi terhadap rupiah relatif terbatas dibandingkan dengan tekanan terhadap mata uang negara lainnya, secara year to date (ytd) nilai tukar rupiah masih menguat 2,97 % ,kedepan Bank Indonesia akan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai fundamentalnya dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar.
        Inflasi tetap terkendali dan pada akhir tahun diperkirakan sekitar 3,0 - 3,2 % atau berada dibawah kisaran sasaran inflasi 2016 yaitu 4,1 %,  Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan oktober mencatat inflasi sebesar 0,14 % (mtm) atau  3,31 % (yoy).Kedepan kordinasi kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi akan terus dilakukan dengan fokus pada upaya menjamin pasokan dan distribusi , khususnya berbagai bahan kebutuhan pokok dan menjaga ekspestasi inflasi.
        Sistem keuangan tetap stabil dengan ketahanan sistem perbankan yang terjaga pada akhir triwulan III 2016 rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio / CAR) tercatat sebesr 22,3 % dan rasio likuiditas berada pada level 20,2 % sementara rasio kredit bermasalah (NPL) tercatrat sebesar 3,1 % (gross) atau 1,4 % (net). Transmisi pelonggaran kebijakan monoter melalui jalur suku bunga juga dilakukan.

Sumber berita    : Bank Indonesia




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

loading...